Titi adalah

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
istri, ibu dari 5 anak, full time worker, menghibur diri dengan berkreasi dan berpuisi

Jumat, 27 Agustus 2010

Dikejar Orang Gila

Hari hari ini terasa begitu cepat berlari. Entah karena aku yang sibuk, atau karena bahagia. Orang bilang, kalau sedang sedih, waktu berjalan bagaikan siput.
Lain sekali dengan yang kurasakan. Sering tidak terasa, sudah hari sabtu lagi. Libur memang, tapi jadwalku lebih berwarna warni. Kalau SEnin sampai Jumat, mengerjakan pekerjaan rutin di kantor. Lain halnya dengan Sabtu, pagi pagi tetap harus bangun pagi, belanja untuk sepekan dan kemudian memasak. TIdak ketinggalan membereskan rumah karena bibi libur. Sambil main dengan si bungsu tentunya. Agak siang sedikit menjemput anak anak di sekolah.
Saat ini jarum jam sudah menunjukkan pukul 11. Waktunya menjemput anak anak. Karena ini adalah moment yang sangat ditunggu mereka. MOment istimewa. Dijemput bunda. Biasanya Senin sampai Jumat mereka ikut jemputan sekolah.
Untung udah kelar masak.
Seusai menjemput anak anak aku sempatkan membersihkan kamar mandi. ini memang tugasku. Tidak tega rasanya, meminta bibi membersihkan.
Legaaa.. sekali setelah semuanya selesai, Akupun sekalian berwudhu untuk menunaikan shalat zhuhur. Sungguh hari libur yang sibuk.


Benar benar ya, waktu ini berlari sangat cepat. Baru saja menikmati liburan, sudah datang lagi hari senin.

Siang itu udara terik sekali. Debu debu beterbangan ditiup angin. Maklum, di sana sini sedang ada perbaikan jalan. Entah disengaja atau tidak, setiap menjelang lebaran, selalu ada perbaikan jalan. Atau karena akhir tahun ya, sedang menghabiskan anggaran. Entahlah, bukan urusanku.

Aku duduk diam dibonceng Tri, menyembunyikan wajah dari terik matahari. Laju mio tiba tiba melambat. ada apa ya? aku berusaha mengintip dari balik pundak tri.
Waduh, ada orang gila mengamuk.
Laki laki itu, bercelana pendek. tangannya memegang batu sekepalan. Dilemparkannya kepada orang orang yang melintas. Dia berjalan melawan arus.
Semua pengendara motor meminggirkan motornya. Seorang polantas dengan pakaian anti huru hara, sibuk menenangkan si orang gila.

Aku menahan napas. tegang.

Ah, syukurlah, orang gila itu masuk ke jalur cepat, dan berbalik arah. Polantas memberi aba aba agar pengendara motor berjalan.
Iring iringan motor berjalan perlahan.

Tiba tiba, orang gila itu masuk lagi jalur lambat, tangannya masih memegang batu sekepalan tangan. Orang orang meneriakiku.
Awas bu, awas bu...
Lari !!! Turun !!!

Aku berusaha melompat dari sepeda motor. Tapi terlambat. Batu itu telah berpindah dari tangan orang gila ke atas tanah, setelah sebelumnya membentur punggungku.
Aku jatuh terkapar.

Orang gila itu tepat berada di belakakangku. Aku mencoba berdiri. Tapi seluruh persendian terasa lemas, takut dan gemetar. Berteriak minta tolong, tapi tak seorangpun berani mendekati orang gila ini.
Akhirnya aku hanya terbaring tak berdaya.

"Hahahahaha..... " si orang gila tertawa persis di depan mukaku. Kedua tangannya persis di sebelah telingaku.
AKu berusaha memukulnya dengan tanganku yang bebas. Tapi aku tak berdaya. Pukulanku tidak memberi efek apapun padanya.

"Ha ha ha...." Aku sudah pasrah.
Aku hanya berdoa dalam hati.
Ya Allah, jangan sampai orang gila ini melukaiku atau menodaiku.
Ya Allah, datangkanlah pertolonganmu.

Tiba tiba, tangan orang gila itu bergerak mau memukul mukaku. Aku memejamkan mata menanti keajaiban.

Plak !
Terasa sakit di pipiku. Aku membuka mata.
Hah ? Kemana si orang gila ?

Aku hanya melihat si Bungsu yang merangkak di samping sajadahku.
"Nda... nenen..."
Ternyata aku ketiduran seusai shalat.