Titi adalah

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
istri, ibu dari 5 anak, full time worker, menghibur diri dengan berkreasi dan berpuisi

Jumat, 14 September 2012

Jangan Panggil Aku Cinta

Sambungan yang kemaren

Ups.... Wita kaget sendiri ketika melihat siapa yang ada di depan pintu kostnya.

"Milih mana, aku maksa masuk kamarmu, atau nemenin aku ngobrol di ruang tamu ?"
Wita menarik nafas panjang.
Tanpa menjawab dia berjalan ke ruang tamu kostnya.

"Ada apa Titiyang ke sini ?"
"Cinta, dengarkan. Titiyang akan kasih penjelasan"
"Nggak perlu. Aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri. Dan ini bukan yang pertama kali"
"Ta, kamu hanya berprasangka. Tak ada apapun antara aku dengan siapa lah yang engkau tuduhkan itu"
"Nggak ada apa apa ? Jadi ngapain mention mention, paging paging, colek colek, kalau nggak ada apa apa ? Ngapain juga Titiyang bersedia membalas semua itu ? Bersedia mendengar semua keluhan keluhannya ? Bersedia memberikan penghiburan ? Sesuatu yang tidak pernah Titiyang berikan padaku"
"Itu karena Titiyang percaya, Cinta orang yang mandiri dan tegar"
"Bohong semua itu ! Hanya alasanmu saja"
"Cinta.... percalah padaku. Hati ini hanya untukmu. Itu tuntutan pekerjaan, kalau aku harus menemani klien dan meng-entertaint mereka"
"Sudah, jangan panggil lagi aku cinta. Namaku Juwita. Panggil saja Wita. Silakan pulang, dan aku akan masuk kamarku"

Wita berjalan tegak meninggalkan Bujana sendirian di ruang kost itu.

ketika ku lihat kau bersama dia
tak ada penyesalan dalam hidupku
dan apa yang ku rasakan saat ini
seperti dahulu ku tak mengenalmu

ketika ku lihat kau bersama dia
tak ada lagi hasrat dalam hidupku
kepada dirimu yang dulu tercinta
tak ada lagi kenangan, takkan lagi harapan

-Citra Skolastika-

Selasa, 11 September 2012

Cintaku Berkhianat

-Namaku cinta, saat kita bersama
berbagi rasa, untuk selamanya. 

Wida bersyukur Tita mau meminjamkan  mobilnya. Kaca mobil itu dilapis sampai 80%. Siapapun yang duduk di dalamnya,  tidak akan terlihat dari luar. Dan Wida dapat leluasa memperhatikan halaman kantor itu.
Wida bersyukur juga, halaman restoran ini cukup penuh. Mobil Tita berbaur dengan kendaraan kendaraan lain. Petugas parkirnya pun tidak rese. Sehingga dia tidak ditanya tanya, kenapa sedari tadi tidak kunjung keluar dari mobilnya. Memang Wida tidak 100% berniat makan di restoran  tersebut. Kalaupun jadi masuk restoran, dia bisa cocok dengan menu apa saja yang ada di sana. Bagi Wida, tidak penting makan apa dan di mana. Karena dia suka semua jenis masakan. Yang lebih penting adalah makan dengan siapa, karena dia dapat menikmati suasananya.

Wida mencari cari telepon genggamnya di samping jok tempat dia duduk. Jari jemarinya kemudian  mengetik sebaris kalimat.
"Yang, makan yuk..."  dan menekan tanda kirim
Ditunggunya beberapa detik. Terkirim. Ditunggu lagi beberapa detik, tidak ada jawaban.
Matanya kembali mengarah ke halaman kantor di seberang restoran.

Sepasang laki laki yang dikenalnya dan perempuan yang diketahuinya dari jejaring sosial, terlihat keluar dari kantor tersebut.
Mata Wida memanas. Jantungnya tiba tiba berdegup lebih keras. Bibirnya gemetar.
Tapi tetap diperhatikannya kedua orang itu, yang berjalan beriringan. Bercanda dan tertawa tawa. Si perempuan terlihat menatap manja pada si laki laki. Tapi si laki laki tetap tenang, seperti yang Wida kenal.
Kemudian si lelaki terlihat mengeluarkan telepon genggam dari saku celana panjangnya. Dilihatnya benda itu sekilas. Mungkin membaca pesan. Si perempuan diam sejenak.

Wida menahan nafas. Kemudian bergumam pelam  " balas ... balas.. balas.. plisss "

Si laki laki tampak memasukkan telepon genggam ke saku kemeja. Mereka berdua berjalan ke arah jalan raya. Tampak akrab. Air mata Wida berjatuhan tanpa bisa di tahannya. Dia juga tak berusaha untuk mengusapnya. Biar saja, toh tak seorangpun melihatnya. Sudah biasa dia menangis tanpa suara seperti itu.

Wida mencari cari sebuah nama di telepon genggamnya.
Ditariknya nafas panjang lalu dia menelponnya Yayang. Pandangan matanya tetap tertuju pada sepasang manusia yang kini sudah berdiri di pinggir jalan raya. Hanya berjarak sekian meter dari tempatnya parkir.

Si laki laki mengambil lagi telepon genggam di saku kemeja. Si perempuan di sampingnya menengok kiri kanan. Seperti menunggu atau mencari sesuatu.
"Hai Cinta...." terdengar suara di telepon Wida.
"Hai Sayang, smsku udah masuk?" tanya Wida. Suaranya sudah kembali normal.
"Sudah "
"Kenapa Yayang gak balas ?"
"Maaf, aku masih menemani klien nih" si laki laki menatap ke arah restoran.
"Makan siang berdua yuk  ?"
"Waaah.... hari ini aku nggak bisa"
"Ya udah deh"
"Kamu nggak marah kan ?"
"Oke gak papa. Mungkin bukan jatah aku hari ini makan sama kamu"
Klik !
Wida menutup pembicaraan. Air matanya jatuh berderaian. Si laki laki tampak memasukkan telepon genggamnya ke saku kemeja.

Tak lama kemudian, si perempuan menghentikan taksi. Si laki laki membukakan pintu, si perempuan masuk diiringi si laki laki. Taksi pun melaju, dan membawa mereka berdua entah kemana. 

Hingga tiba saatnya aku pun melihat
cintaku yang khianat, cintaku berkhianat


-rumor . butiran debu-

Sabtu, 08 September 2012

Tentang Kita

bila kuingat, senyum manismu
takkan habis waktu melamun

Mas, detik rasanya berjalan lambat di sini. Mungkin sebenarnya dia mau menemaniku. Tapi aku malah jadi malas. (Mendingan juga ditemenin Mas ya..) Lebih baik dia berlari saja, biar waktu segera berlalu. Hari berganti. Malam datang, pagi menggantikan. Terus dan terus. Supaya hitungan waktu ini segera genap. Aku rindu, Mas. Rasanya tak sabar menanti saatnya pertemuan.
Aku ingat terus senyuman Mas, tatapan Mas. Semuanya masih membuatku berdebar debar. Dan aku yakin akan selalu demikian. Meski Mas dah jauh sekalipun, debarnya tetap sama. Apalagi kalau kuingat saat saat kita bersama. Tak pernah ada yang menggandeng tanganku dengan cara menyelusupkan jari jari sepertimu. Belum pernah ada yang merapikan jilbabku seraya menyembunyikan anak anak rambut yang mengintip. Belum pernah ada laki laki yang memelukku seraya mengusap usap punggung. Belum pernah ada yang memintaku memeluk erat saat memboncengku. Hihi.. . dan belum pernah ada laki laki yang menemaniku tidur, selainmu. Pokoknya kangen kangen kangen


Oya Mas, permohonan pindah mengikuti suami sudah aku ajukan segera setelah cutiku habis kemaren. Untungnya berkas berkas Mas lengkap, jadi surat itu bisa segera diproses. Alhamdulillah, kepala kantor menjanjikan akan membantu. Dan benar, berkas surat permohonanku hari ini sudah diteruskan ke kantor pusat. (Kata kepala kantor sih, semoga bisa cepat, soalnya di saat orang orang nggak mau dipindah ke daerah terpencil, aku malah minta pindah ke daerah terpencil.) Mas tolong berdoa ya... biar prosesnya cepat. Normalnya tiga bulan. Tapi tiga bulan itu kan lammmmaaa... Masa' aku harus nunggu tiga bulan lagi baru bisa ketemu Mas, dan berkumpul dengan Mas, lalu kita menjadi keluarga. Plis, bantu doa ya..

Nah, Masku sayang, segini dulu kabar hari ini. Besok aku tulis surat lagi tanpa menunggu balasan darimu.
Peluk cium dari istrimu di sini. Jaga diri baik baik ya... calon ayah !

****

bila kuingat canda tawamu
takkan habis waktu berangan


De, Mas sudah sampai di rumah kita. Meski rumah ini rumah dinas, milik negara, tapi Mas eh kita yah kita, bakal menjadi penghuni pertama. Rumah dinas ini baru selesai dibangun. Ini akan jadi rumah pertama kita. Rumah cinta kita. Nggak papa kan, Mas baru bisa menyediakan rumah dinas untuk tempat berteduh keluarga kita ? Allah kan menjamin rejeki orang yang sudah menikah, Allah akan memampukan kalau mereka belum mampu. Suatu saat, insya Allah kita bakal punya rumah sendiri ya...Amiin.
Rumahnya kita ini kecil, dua kamar, dapur dan kamar mandi di luar, di belakang. Nanti kalau kamu sudah sampai di sini, kita buat pagar tinggi di halaman belakang. Biar kamu bisa berkebun tanpa harus berkerudung. Halaman depannya luas sekali, seluas lapangan bola. Karena memang itu lapangan bola untuk warga komplek. Hehe..  Di sini juga dekat pantai, nanti kita bisa lihat matahari terbit ataupun menikmati senja di pantai kapanpun Ade mau. Makanya cepat ngajuin pindahnya... 

De, Mas pengennya di sini malam terus. Biar Mas tidur dan tak merasakan waktu, sehingga tiga bulan perkiraan proses pindahmu itu segera berakhir. Apalagi kalau sepanjang malam ada Ade yang menemani tidur. Soalnya kalau sudah ketemu siang, malamnya jadi takut mau masuk kamar.  Bukannya takut hantu, tapi takut ingat yang enggak enggak,(eh yang iya iya ding) saat kebersamaan kita kemaren. Di kamar sudah ada barang barangmu. Sudah Mas rapikan. Pakaianmu juga sudah Mas simpan di lemari.  Kalau tahu akibatnya bakal seperti ini, nggak Mas buka dulu deh, property kamu. Bikin kangen. Kangen banget.

Ade sayang, belahan jiwa. Mas selalu berdoa, bahkan sejak detik pertama perpisahan kita. Semoga proses pindahmu cepat, sehingga kita bisa segera berkumpul sebagai sebuah keluarga. Mas akan menjagamu kini dan membahagiakanmu. Lalu nanti kita punya anak anak yang lucu, sehat, cerdas, dan tentu saja, sholeh. Maka lengkaplah surga kita di dunia ini. Amiin.

Cukup segini dulu kabar Mas hari ini. Besok kalau nggak keasyikan ngelamunin kamu, Mas nulis surat lagi.
*sama suami jangan cuma kasih peluk cium dooonggg...* Jaga diri baik baik ya, calon ibu !

*****

Bila kuingat senyum manismu
Takkan habis waktu melamun
Bila kuingat canda tawamu
Takkan habis waktu berangan
Ingin kumiliki hari selamanya
Berdua denganmu selamanya
Bukan hanya angan yang kelamaan
Bila kuingat janji manismu
Kutunggu sampai malam meninggalkanku
Semoga bukan angan yang kelamaan.... 
(Lingua - Bila Kuingat)

Rabu, 05 September 2012

Kaukah Untukku ?

sejenak hatiku meragu
suara hatiku membisu

Menatapmu seperti menatap bayangan. Ada, dekat, dapat kulihat. Tapi aku tak pernah dapat menyentuhmu.  Kau bisa tiba tiba sirna, saat cahaya ditelan gulita.
"Yan, makan yuuuk ?' ajakku setiap siang.
"Males ah, belum laper nih... Aku tadi pagi sarapannya kesiangan" katamu. Dan ini entah yang keberapa kali kau menolak kuajak makan siang. 
Ada saja alasanmu. Semuanya tidak dapat aku mengerti.  Seperti tidak mengertinya diriku padamu yang kadang menunjukkan perhatian yang tidak pernah aku terima dari orang selainmu.
"Jangan sedih melulu, nanti hilang senyummu"
"Jangan membuat standar yang terlalu tinggi untuk kebahagiaanmu, nanti kamu enggak pernah bahagia"

"Jangan minum soda, ingat lambungmu" katamu sambil begitu saja mengambil minuman soda di tanganku.
Marahkah aku ? Tentu tidak. Justru aku merasa tersanjung. Terbang, tanpa aku tahu arahnya, dan untuk berapa lama, dan bagaimana aku mendaratnya. Apakah akan tumbuh sayapku dengan harapan harapan itu ? Atau justru aku akan jatuh terhempas. Kandas.
Tapi aku tak peduli, selama masih kutemui dirimu, maka harapan itu masih akan tetap bersemi di hatiku. Tak perlu aku bertanya kenapa, karena akupun tak tahu jawabannya.
kehampaan kian terasa
akan sesuatu yang tiada


Mungkin sedikit orang yang sanggup untuk bertahan dalam ketidakpastian. Apalagi bila menyangkut ketidakpastian status. Berteman ? Tapi dekat. Bersahabat ? Tapi mesra. Pacaran ? Tapi nggak pernah ada pernyataan. Sampai kapan ?  Entahlah. Akan indah pada waktunya ? Kapan ? Sabarlah. Tak akan pernah habis. 
Tapi biarlah. Akulah salah satu dari yang sedikit itu. Bukankah para pecinta sejati akan selalu kuat bertahan ? Bukankah cinta sejati akan memberi energi ? Pecinta sejati  selalu memberi tanpa diminta, tanpa mengharap balas, dan cukuplah baginya memberi itu menjadi ekspresi cintanya. Seperti mentari yang menyinari bumi. Bumi hanya menerima. Tak pernah sekalipun membalas kebaikan mentari padanya.

kurindukan suasana baru
yang akan merubah hidupku



"Hesti.. makan yuk ?" ajakmu. 
"Yuk... " kataku segera, takut kamu berubah pikiran
"Hei, bukan sekarang. Tapi nanti malam"
"Nanti malam ?  Oya ya, siap! " Kataku sambil ambil posisi hormat.
"Bener niy ?" godamu
"Sueer... perasaan aku belum pernah ingkar janji deh"
"Oke, nanti malam aku jemput kamu !"
"Jemput ? Emang kita mau makan di mana ? Biasanya janjian di TKP"
"Sudahlah, katamu siap"
"Oya ya... siap komandan !" 
Taksi berhenti di sebuah kafe di Jalan Progo. Suasanya romantis. Lampu gantung  yang menghiasi langit langit bagaikan kerlip bintang di langit hatiku. Aku tarik nafasku perlahan. Tak ingin debar jantungku terdengar sampai sebelahku.
"Hesti, aku cuman mau kasih kabar gembira sama kamu. Mulai hari ini aku resmi menjadi pegawai negeri. So, aku traktir kamu di tempat ini. Kemudian, aku juga mau ngucapin terima kasih sama kamu. Udah mau berteman sama aku yang  moody, bahkan mau jadi sahabatku. So, selanjutnya, maukah kamu jadi calon ibu dari anak anakku ?"

kau datang seketika, mengejutkan jiwa
sehingga kuterlena, sekejap kumerasa
kau datang, demi kebahagiaanku


*terinspirasi dari lagu Kau Datang by Trie Utami