Jumat siang, di kantin Rumah Sakit Al Islam.
Yanti sebal sekali melihat seorang laki laki dan seorang perempuan berkerudung, tengah makan dengan lahapnya.
Padahal shalat Jumat tengah berlangsung. Dia memandang kedua orang itu dengan sudut matanya. Huh, kok ya si perempuan itu tidak mengingatkan. Entah siapanya si laki laki itu, kakanya, adiknya, suaminya, atau pacarnya laah, siapa kek.
Shalat Jumat kan wajib buat laki-laki.
Yanti masuk kembali ke ruang kerjanya masih sambil cemberut.
"Kenapa Teh Yanti, mukanya bete gitu..." Dara si apoteker baru menyapa lembut.
Maka meluncurlah cerita Yanti tentang laki laki yang sedang makan di kantin.
"Tenang Teh, mungkin memang laki laki itu belum faham. Tapi kita juga harus berbaik sangka lho teh, barangkali dia seorang musafir dari luar kota, yang baru tiba di rumah sakit ini. Dari kemarin belum makan karena menunggui dan merawat kerabatnya yang sakit keras. Kalau musafir kan boleh, Teh, nggak shalat Jumat."
Dug, Yanti merasa hatinya tertonjok. Dia sudah pernah mendengar yang disampaikan Dara, tapi buruk sangka telah menutupinya.
Astaghfirullah, ternyata dia telah berburuk sangka terhadap orang lain. Bahkan terhadap orang yang belum dikenalnya sama sekali.