sejenak hatiku meragu
suara hatiku membisu
Menatapmu seperti menatap bayangan. Ada, dekat, dapat kulihat. Tapi aku tak pernah dapat menyentuhmu. Kau bisa tiba tiba sirna, saat cahaya ditelan gulita.
"Yan, makan yuuuk ?' ajakku setiap siang.
"Males ah, belum laper nih... Aku tadi pagi sarapannya kesiangan" katamu. Dan ini entah yang keberapa kali kau menolak kuajak makan siang.
Ada saja alasanmu. Semuanya tidak dapat aku mengerti. Seperti tidak mengertinya diriku padamu yang kadang menunjukkan perhatian yang tidak pernah aku terima dari orang selainmu.
"Jangan sedih melulu, nanti hilang senyummu"
"Jangan membuat standar yang terlalu tinggi untuk kebahagiaanmu, nanti kamu enggak pernah bahagia"
"Jangan minum soda, ingat lambungmu" katamu sambil begitu saja mengambil minuman soda di tanganku.
Marahkah aku ? Tentu tidak. Justru aku merasa tersanjung. Terbang, tanpa aku tahu arahnya, dan untuk berapa lama, dan bagaimana aku mendaratnya. Apakah akan tumbuh sayapku dengan harapan harapan itu ? Atau justru aku akan jatuh terhempas. Kandas.
Tapi aku tak peduli, selama masih kutemui dirimu, maka harapan itu masih akan tetap bersemi di hatiku. Tak perlu aku bertanya kenapa, karena akupun tak tahu jawabannya.
"Jangan sedih melulu, nanti hilang senyummu"
"Jangan membuat standar yang terlalu tinggi untuk kebahagiaanmu, nanti kamu enggak pernah bahagia"
"Jangan minum soda, ingat lambungmu" katamu sambil begitu saja mengambil minuman soda di tanganku.
Marahkah aku ? Tentu tidak. Justru aku merasa tersanjung. Terbang, tanpa aku tahu arahnya, dan untuk berapa lama, dan bagaimana aku mendaratnya. Apakah akan tumbuh sayapku dengan harapan harapan itu ? Atau justru aku akan jatuh terhempas. Kandas.
Tapi aku tak peduli, selama masih kutemui dirimu, maka harapan itu masih akan tetap bersemi di hatiku. Tak perlu aku bertanya kenapa, karena akupun tak tahu jawabannya.
kehampaan kian terasa
akan sesuatu yang tiada
Mungkin sedikit orang yang sanggup untuk bertahan dalam ketidakpastian. Apalagi bila menyangkut ketidakpastian status. Berteman ? Tapi dekat. Bersahabat ? Tapi mesra. Pacaran ? Tapi nggak pernah ada pernyataan. Sampai kapan ? Entahlah. Akan indah pada waktunya ? Kapan ? Sabarlah. Tak akan pernah habis.
Tapi biarlah. Akulah salah satu dari yang sedikit itu. Bukankah para pecinta sejati akan selalu kuat bertahan ? Bukankah cinta sejati akan memberi energi ? Pecinta sejati selalu memberi tanpa diminta, tanpa mengharap balas, dan cukuplah baginya memberi itu menjadi ekspresi cintanya. Seperti mentari yang menyinari bumi. Bumi hanya menerima. Tak pernah sekalipun membalas kebaikan mentari padanya.
kurindukan suasana baru
yang akan merubah hidupku
"Hesti.. makan yuk ?" ajakmu.
"Yuk... " kataku segera, takut kamu berubah pikiran
"Hei, bukan sekarang. Tapi nanti malam"
"Nanti malam ? Oya ya, siap! " Kataku sambil ambil posisi hormat.
"Bener niy ?" godamu
"Sueer... perasaan aku belum pernah ingkar janji deh"
"Oke, nanti malam aku jemput kamu !"
"Jemput ? Emang kita mau makan di mana ? Biasanya janjian di TKP"
"Sudahlah, katamu siap"
"Oya ya... siap komandan !"
Taksi berhenti di sebuah kafe di Jalan Progo. Suasanya romantis. Lampu gantung yang menghiasi langit langit bagaikan kerlip bintang di langit hatiku. Aku tarik nafasku perlahan. Tak ingin debar jantungku terdengar sampai sebelahku.
"Hesti, aku cuman mau kasih kabar gembira sama kamu. Mulai hari ini aku resmi menjadi pegawai negeri. So, aku traktir kamu di tempat ini. Kemudian, aku juga mau ngucapin terima kasih sama kamu. Udah mau berteman sama aku yang moody, bahkan mau jadi sahabatku. So, selanjutnya, maukah kamu jadi calon ibu dari anak anakku ?"
kau datang seketika, mengejutkan jiwa
sehingga kuterlena, sekejap kumerasa
kau datang, demi kebahagiaanku
*terinspirasi dari lagu Kau Datang by Trie Utami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar