"Huh ! Sekali kena merah, teruuus saja ketemu merah " Gadis berambut cepak dan bersepatu converse itu menggerutu dan memukul setir mobilnya.
Laki-laki di sebelahnya mendesah pelan.
"Kalau kamu enggak ninggalin kartu ATM sembarangan, kita nggak bakal terjebak macet gini"
"Iya... maaf. Sekali lagi, maaf Kak Nia cantik... Adek kan sudah minta maaf berkali-kali. Lagian semalem kan kita buru-buru, takut Kak Nia ketinggalan travel"
"Maaf... maaf... Kakak maafin juga nggak bakalan balik tuh kartu. Tetap saja kita harus ketemu customer service bank itu."
Teeeet... suara klakson antrian mobil di lampu merah sejenak menginterupsi keributan kecil itu.
Si lelaki menghela nafas.
"Lagian kenapa Kak Nia nggak ngambil uang sendiri semalam ?" si lelaki angkat bicara
"Eh kamu, kamu yang ninggalin ATM kakak, masih nyalahin kakak juga" si perempuan mengomel sembari menyalip angkot di depannya. Sopir angkot yang kaget reflek menekan klakson.
"Hati-hati, kak Niaaa..."
"Biarin, nggak usah ngalihin pembicaraan. Gini-gini kakak lulus ujian SIM nggak pakai nembak" si perempuan melirik angkot lewat spion tengah, sembari melemparkan poninya.
"Iya, tapi kan keselamatan lebih utama".
"Keselamatan duitku bukan berarti disepelekan"
"Iya, uang Kak Nia kan aman. Rekening sudah diblokir kan"
"Iyaaa... tapi kan aku jadi harus repot. Ngurus pemblokiran, terus sebentar lagi aku juga harus mengurus buka blokirnya"
"Ya memang begitu prosedurnya. Kita ikutin aja. Kak Nia jangan marah-marah melulu atuh, da cantik"
Si perempuan mendengus. Dua telapak tangannya mengetuk-ketuk setir, berharap kemacetan segera terurai.
"Jangan marah, jangan marah. Siapa juga yang marah. Aku cuma kesal, tauk ? Kapan sampainya kalau jalanan kayak parkiran gini."
"Ya sudah, ngomel juga kan nggak bikin jalan. Mending Kakak nyanyi, suara Kakak kan bagus" si lelaki mencoba mengubah suasana.
"Nggaaak...." suara si perempuan meledak.
Setelah kemacetan yang panjang, sampailah mereka di bank yang dituju.
Kakak beradik itu sedanh bergegas menerobos pintu lobby ketika satpam bank mencegat.
"Mohon maaf Pak, Bu, kami sudah tutup"
"Apa-apaan ini. Sekarang baru jam dua. Memangnya kami bego apa ?"
Satpam tersenyum simpatik.
"Kebetulan hari ini kami akan melakukan gladi resik evakuasi bencana di gedung baru kami ini. Itulah sebabnya kami tutup lebih awal. Silakan Bapak dan Ibu baca pengumumannya yang sudah kami tempel sejak sebulan lalu" ibu jarinya mengarah ke papan pengumuman.
Si perempuan menghentakkan kakinya ke lantai. Giginya gemeretuk. Tangannya mengepal menahan emosi.
"Huh !"
Satpam mengangguk penuh simpati.